Maraknya kesadaran akan krisis iklim yang terjadi selama beberapa tahun terakhir telah memotivasi berbagai aktivitas untuk mengikuti green movement dan sustainability, yaitu gerakan ramah lingkungan guna melestarikan keberlanjutan. Beberapa aksi dari gerakan ini biasanya diwujudkan dengan mengurangi produksi emisi CO2 serta meningkatkan efisiensi energi untuk keberlanjutan lingkungan yang lebih efektif. Kini gerakan keberlanjutan ini serentak diikuti berbagai bisnis, dari manufaktur hingga logistik.
Tentang Logistik Berkelanjutan yang Ramah Lingkungan
Dalam bidang logistik, sustainability atau keberlanjutan belum begitu jelas pelaksanaannya dan kesadarannya cukup lambat, padahal emisi CO2 dari transportasi jalan raya telah meningkat lebih dari 20% sejak tahun 1995, walaupun mesin kendaraan kini sudah lebih canggih dan sesuai standar uji emisi. Namun, volume logistik yang terus tumbuh tentunya berdampak pada pemakaian transportasi dan kegiatan operasional lainnya sehingga dibutuhkan pengurangan emisi karbon secara masif untuk mencapai target iklim yang disepakati oleh forum internasional. Sebagaimana yang sempat dikatakan oleh Dr. Daniel Haag Director PwC Strategy di Jerman,
"Banyak perusahaan yang terlalu defensif ketika membahas tentang keberlanjutan, hal ini menjadikannya bom waktu bagi industri transportasi dan logistik,” ucapnya.
Urgensi praktik ramah lingkungan pada bisnis logistik sebenarnya sudah cukup tinggi. Hal ini juga disadari oleh para pelaku profesional di bidang logistik yaitu memproduksi jejak karbon yang lebih rendah dalam operasionalnya, terutama dalam kegiatan logistik Last Mile. Namun, misi ramah lingkungan seringkali terhambat oleh pelaksanaannya yang membutuhkan modal lebih besar untuk menyediakan mesin yang lebih canggih dan juga terjadinya resiko akan penurunan kualitas layanan. Sangat disayangkan, padahal permintaan layanan logistik Last Mile yang lebih ramah lingkungan ini jumlahnya terus meningkat. Apalagi sejak pandemi Covid-19 melanda, di mana para pelaku usaha menginginkan adanya layanan logistik Last Mile yang lebih hijau serta biaya yang lebih terjangkau.
Dalam industri logistik, praktik logistik berkelanjutan yang ramah lingkungan atau sustainable logistics adalah proses yang bertujuan untuk meningkatkan keberlanjutan pada kegiatan supply chain, mulai dari pengaturan, penyimpanan, hingga distribusi produk. Mengingat transportasi yang menempati urutan kedua sebagai penyumbang emisi CO2 terbesar di dunia, diperlukan kontribusi nyata oleh para pelaku bisnis logistik untuk menciptakan inovasi dan solusi keberlanjutan yang efektif dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang terus meningkat.
Smart Logistics Sebagai Solusi Logistik Keberlanjutan
Salah satu praktik berkelanjutan yang ramah lingkungan bisa diterapkan oleh industri logistik adalah logistik pintar atau biasa disebut dengan smart logistics. Smart logistics adalah upaya meningkatkan efisiensi kegiatan logistik dengan pemanfaatan teknologi. Pelaksanaannya dapat diterapkan ke kegiatan logistik secara keseluruhan dari transportasi, pergudangan, penyimpanan, distribusi, hingga analisis akhir. Dampak dari sinergi utilitas yang terintegrasi secara end-to-end tersebut bisa memberikan manfaat dari sisi profit untuk bisnis serta sisi kehidupan manusia. Hasil laporan yang diadakan oleh Huatai Securities, sebuah grup sekuritas terkemuka di China, menyatakan bahwa implementasi smart logistics mampu menghemat 70% biaya ruang untuk gudang serta mengurangi 80% biaya tenaga kerja di gudang.
Penghematan tersebut bisa terjadi karena smart logistics menggunakan kecanggihan teknologi untuk optimasi rute dan pemanfaatan armada sehingga tercipta efisiensi biaya dan pengurangan emisi karbon secara signifikan. Selain itu, efisiensinya juga mempengaruhi proses supply chain secara keseluruhan dan dapat menciptakan pertumbuhan yang inklusif pada seluruh aspeknya.
Roda pertumbuhan di atas menggambarkan bagaimana smart logistics mampu memberikan dampak positif pada seluruh aspek supply chain yang mempengaruhi satu sama lain. Pertumbuhannya dapat meningkatkan efisiensi secara linear yang diawali dari proses penetapan dan penawaran harga berbasis data algoritma yang lebih akurat sehingga kalkulasi biaya pengiriman jadi lebih murah, proses pemesanan yang lebih sederhana dan terintegrasi dengan tampilan interface yang mudah digunakan oleh pelanggan, komunikasi yang lancar saat proses pemesanan dan eksekusi, dan proses invoicing yang lebih cepat. Smart logistics juga memberikan manfaat dari sisi jaringan (networking) transportasi yang lebih luas yaitu dengan optimasi rute yang lebih baik untuk meningkatkan pemanfaatan pengiriman muatan sehingga dapat menciptakan nilai yang lebih tinggi.
Implementasi smart logistics juga selaras dengan target pencapaian Instruksi Presiden No.5 tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional. Smart logistics merupakan salah satu bentuk dari Revolusi Industri 4.0. yang masif dan pencapaian ekosistem ini bisa tercapai melalui kolaborasi dan kontribusi dari pihak publik maupun swasta. Pemerintah menjunjung adanya smart logistics karena pentingnya konektivitas antar-jejaring komunikasi (application programming interface/API) sebagai penyedia akses informasi yang terbaru dan akurat seputar perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi bisnis. Regulasi smart logistics ini bertujuan untuk memperbarui fleksibilitas dan dinamika transformasi lingkungan yang tentunya memerlukan inisiatif dari pihak pemain swasta seperti Kargo Tech agar ikut aktif terlibat untuk menciptakan integrasi komitmen dari smart logistics yang mengedepankan sustainability.
Selain itu, kini para klien logistik mengharapkan layanan yang transparan, fleksibel, dan dapat diandalkan. Ketahanan supply chain juga menjadi prioritas utama disaat para klien menginginkan proses logistik yang lancar dengan opsi yang ramah lingkungan dan keberlanjutan. Maka dari itu, penerapan smart logistics dalam supply chain sudah menjadi standar umum bagi pelaku bisnis logistik saat ini.
Cross Docking Sebagai Solusi Logistik Keberlanjutan
Kini para pelaku bisnis logistik Last Mile yang menggunakan smart logistics mulai menerapkan salah satu praktik ramah lingkungan yang efektif pada prosesnya yaitu dengan sistem cross docking. Cross docking adalah prosedur logistik di mana produk dari beberapa supplier diterima dalam satu fasilitas gudang lalu digabungkan berdasarkan tujuan destinasi pengiriman. Tujuan dilakukannya cross docking adalah efisiensi dari sisi biaya dan rute dengan cara memaksimalkan utilisasi gudang untuk mengatur barang-barang pengiriman tanpa harus disimpan atau menginap sehingga jadi lebih ramah lingkungan. Rute pengiriman yang terlalu panjang dan jauh akan dipecah lagi menjadi lebih kecil sesuai zona destinasi sehingga rutenya jadi lebih efektif dan efisien. Dalam pelaksanaannya, cross docking akan membongkar muatan besar di suatu gudang transit atau hub di mana barang dari muatan tersebut akan disortir berdasarkan tujuan destinasi yang sama. Ketika barang disortir, cross docking juga biasanya memanfaatkan kemampuan digital yang ada pada smart logistics untuk proses penyortiran barang dan pemetaan rute. Hal ini dilakukan agar prosesnya jadi lebih cepat, barang yang datang langsung di-scan untuk disortir rute pengiriman akan langsung dipetakan dengan automatic routing. Inilah keunggulan dari cross docking, yaitu prosesnya yang cepat, efektif, dan efisien dibandingkan proses Last Mile biasa.
Praktik cross docking sendiri sebenarnya cukup umum dilakukan oleh para penyedia jasa logistik nasional. Salah satu pemain logistik di Indonesia yang melakukan cross docking dengan baik adalah Kargo Tech, di mana hal ini biasa dilakukan kepada beberapa client untuk pengiriman Last Mile. Seperti yang dijelaskan oleh Edward Hilman Senior Manager Demand Kargo Tech,
“Cross docking itu suatu flow process dari gudang klien shipper yang kita bawa dulu ke hub Kargo Tech lalu kita sortir barang-barangnya dan dikelompokkan sesuai destinasi tujuan yang sama”, jelasnya.
Pada dasarnya, cross docking dilakukan bukan untuk penyimpanan barang, melainkan fungsinya hanya sebagai gudang transit. Barang yang disimpan pun tidak boleh terlalu lama, biasanya hanya 2-3 jam saja atau maksimal 12 jam saja. Gudang tempat melakukan cross docking juga merupakan zero inventory yaitu tidak tersedia rak sama sekali dan tempatnya juga tidak begitu luas.
Selain prosesnya yang lebih singkat, cross docking juga memiliki beberapa keuntungan lainnya seperti biaya Last Mile yang jadi lebih murah. Hal ini terjadi karena barang yang diterima di hub akan langsung disortir secepatnya sehingga mengurangi biaya penyimpanan atau storage cost. Singkatnya waktu transit juga meniadakan biaya tenaga kerja atau labor cost yang biasanya dikeluarkan untuk material handling yang berarti juga meminimalisir kerusakan barang saat pengiriman Last Mile karena penanganannya akan semakin sedikit.
Di Kargo Tech, cross docking dimanfaatkan untuk memperpendek panjangnya antrian loading. Seperti yang sempat dikatakan oleh Edward, “Di Kargo kita pakai cross docking untuk memotong stretching antrian yang panjang di gudang klien. Jadi kita bawa ke hub kita dahulu dan kita bantu proses dengan cross docking di situ”, ujarnya. Selain itu, Kargo Tech juga memanfaatkan kecanggihan teknologi saat melakukan pemetaan rute untuk pengiriman Last Mile, “Kita juga pas proses rute sudah pakai automatic routing, jadi secara waktu dan jarak tempuh lebih efektif, makanya secara ongkos jadi lebih murah dan mengurangi emisi sehingga lebih ramah lingkungan,” imbuhnya.
Manfaat dari cross docking juga dirasakan oleh beberapa klien Kargo Tech dengan kriteria tertentu. Diantaranya adalah klien yang perlu mengirimkan produknya yang sensitif terhadap waktu. Karena cross docking tidak menyimpan produk di gudang, produk yang sifatnya sensitif dengan waktu bisa langsung dikirim lebih cepat agar kualitasnya tetap terjaga. Selain itu, cross docking juga bisa dimanfaatkan untuk klien yang ingin mengirimkan barang dalam jumlah besar atau bulky. Banyaknya barang yang perlu dikirim dalam satu rute menjadikan pengirimannya tidak efektif, dengan cross docking barang-barang tersebut akan disortir dan dipecah lagi berdasarkan destinasi tujuan sehingga pengirimannya jadi lebih cepat tiba. Hal ini menunjukkan bahwa cross docking cukup diminati dan memiliki demand yang lumayan tinggi terutama perusahaan-perusahaan besar yang memiliki mitra dengan UMKM. Biasanya industri yang sangat diuntungkan oleh sistem ini adalah yang bergerak di bidang manufaktur seperti makanan dan minuman dan bahan kimia.
Di Kargo Tech sendiri, cross docking adalah salah satu servis yang kini sangat diminati oleh klien shipper. Cross docking diminati karena manfaatnya yang lebih unggul yaitu harga yang lebih murah dan rute yang lebih efektif. “Saat berdiskusi dengan klien kita biasanya memahami dulu situasi dan rencana pengiriman mereka bagaimana. Jika memungkinkan untuk kita terapkan cross docking, pasti akan kita tawarkan,” ujar Edward. Kargo Tech sebagai salah satu pemain logistik nasional dengan jaringan truk terbesar sebanyak lebih dari 15.000, tentunya mempertimbangkan emisi karbon yang dikeluarkan setiap melakukan pengiriman Last Mile. Oleh karena itu, Kargo Tech senantiasa berkontribusi dalam aksi ramah lingkungan yang berkelanjutan dengan aktif menawarkan solusi cross docking kepada klien shipper. “Untuk kedepannya, Kargo Tech memiliki visi dan misi untuk melestarikan praktik logistik yang lebih ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan. Semoga dengan keunggulan kita dalam teknologi yang canggih, kita bisa terus mendukung sustainability in logistics dan tetap mengedepankan kepuasan klien kita,” tutup Edward.
Comments